Mungkin kisah ini terlalu mengada-ada dan rasanya gak mungkin terjadi.
Tetapi walau demikian kisah ini telah membuat hatiku mengingatkan dia
kembali, pada saat kau melintasi daerah dimana aku pernah tinggal
beberapa 3 bulan di sana belasan tahun yang lalu. Semoga yang saat ini
dia sempat membaca tulisanku, dan teringat betapa susah-payahnya aku
mendekatinya, serta sampai-sampai tekanan darahku drop demi dia.
Namun tulisan ini bukan untuk membangkitkan kisah masa lalu, akan tetapi
hanya sebagai secuil kisah dari lembar-lembar hidup. Harapanku semoga
dia tetap rukun bersama keluarganya selamanya. (Dulu tinggal di
Perumnas Jl. Sriwijaya No Jember dekat Universitas Moch. Seruji, gak
tahu sekarang)
Desa X Kecamatan Y Kabupaten Jember, sebuah tempat dimana 20 orang
mahasiswa berkumpul untuk melakukan kegiatan KKN. Kelompok mahasiswa
dari berbagai jurusan itu, diterima oleh Pak Kampung dengan ramah. Kami
dipersilahkan menentukan tempat sendiri. Ada 7 tempat, termasuk rumah
Pak Kampung sendiri, yang siap kami huni. Setelah semua mahasiswa
memilih tempat tinggal sesuai dengan selera mereka masing-masing, malam
harinya kami berkumpul di Balai Dusun, untuk menentukan program dan
langkah-langkah kegiatan.
Aku lihat dia, saat dia datang terlambat. Dengan wajah yang khawatir dan
tergopoh, ia memasuki tempat rapat.
Kerudung putih, Jas almamater biru dan logo kuning di sakunya,
menunjukkan fakultas apa dia berasal. Matanya tajam dan hidungnya
lancip, terlihat dia sangat cantik sekali malam itu. Bibir tipis dan
digigit-gigit, menunjukkan ia sepertinya malu untuk datang terlambat.
Sekilas kemudian ia berbaur dengan temannya dan tidak tau lagi... aku
tidak bisa melihatnya. (Dalam batin... aku ingin mengetahui si cantik
itu.... siapa namanya... dan kalau bisa ku tarik menjadi anggota seksi
ku)
Sebagai salah satu pengurus kelompok, aku pun dapat giliran untuk
menentukan seksi-seksi dan program2 apa yang akan kita laksanakan untuk
desa itu.
------
Desa yang sepi dan waktu itu belum ada PLN, hanya diterangi oleh Diesel
yang setiap jam 12 malam sudah mati. Namun bagiku... tempat itu adalah
tempat yang paling indah .. mana kala pagi menjelang dan aku dapat
berjumpa dengan dia.
Namun sayang sekali... sampai beberapa hari aku belum bisa bertemu lagi
dengan dia. Aku sendiri terus mencari dia dari kelompok mana, rumah yang
ia tinggali dan masuk bagian seksi mana. Ditambah lagi... sampai saat
itu juga aku belum kenal dengan dia. Padahal seluruh anggota yang aku
kenal ku tanya tentang informasinya... tapi si misterius ini tetap tidak
diketahui keberadaannya.
Pada suatu hari, aku berkoordinasi di kelompok lain di Desa sebelah...
dengan menaiki sepeda motor Prima butut ku. Sebuah pemandangan yang
sangat indah aku lihat.... yaitu si Misterius nan cantik itu terlihat
menjemur pakaian pada sebuah rumah. Hatiku berdegub kencang ... ingin
rasanya aku datang mendekatinya... namun tak kuasa aku lakukan. Aku
hanya bisa tersenyum padanya... walau dia sama sekali tidak melihat
kehadiranku.
Malam harinya, bayangan2 itu begitu lekat dalam ingatanku, dan tak ingin
aku lepaskan dari anganku.... bayangan yang membuat hatiku merasa
tentram dan tergetar. (Dalam hasratku yang paling dalam.... aku ingin
bertemu dengannya... menyapa dan berbicara sepuas-puasnya dengannya. Aku
ingin dia tersenyum padaku dan menyapa ku ... dan... banyak hal... yang
intinya aku ingin sekali dekat dengannya).
Kegiatan yang cukup padat serta berbagi permasalahan yang timbul dalam
menghadapi masyarakat, membuat aku tidak punya kesempatan luang untuk
mewujudkan angan2 ku. Hingga ku jadwalkan Malam Minggu untuk menuju
lokasi Desa, dimana tempat si misterius itu KKN.
Dengan alasan aku mengambil materi di kos-kosan, akhirnya pengurus yang
lain membebastugaskanku pada malam Minggu, dan tugasku dapat digantikan
oleh orang lain.
Sepeda motor butut itu meluncur bagai anak panah, menembus sawah tebu
yang tebal dan jauh, demi si dia. Dengan harapan dan energi yang
membara. Walau sebenarnya sampai di sana pun aku tidak tahu mau berbuat
apa...:D
Dalam waktu singkat, sepeda motor sudah berada di depan rumah si dia.
Aku berhenti dan terdiam agak jauh. Hatiku berguncang hebat... leher,
kepala, telinga, terasa panas dan kaku.
Satu jam telah berlalu, namun tak seorang pun keluar dari tempat itu.
Aku masih saja terdiam sambil menghabiskan rokokku. Dua jam kemudian...
pemandangan masih sama. Aku ingin masuk ke sana... namun aku ragu dengan
alasan apa... toh aku tidak kenal siapa2 di sana. Setelah tiga jam
kemudian... aku sudah tidak tahan... aku berinisiatif untuk mendatangi
POSKOnya, sekedar bertanya tentang informasi si misterius itu... dan
atau barangkali aku bisa bertemu di sana.
Posko yang terletak di sebuah balai Desa, terlihat sepi, hanya 3 orang
duduk-duduk di meja tengah. Untung saja... salah satu orang darinya aku
kenal.. walau tidak kenal2 betul. Namun itu adalah sebuah harapan untuk
tidak kaku lagi berbaur dengan mereka.
Setelah berbasa-basi, akhirnya aku bertanya pada temanku, siapa yang
tinggal di rumah yang kumaksud. Dengan pandangan sedikit curiga, mereka
menjelaskan tentang si Misterius itu, yang ternyata namanya adalah FA,
dari Fakultas Pertanian Jurusan Teknik Pertanian. Namun sayangnya saat
ini ia pulang ke rumah orang tuanya. (Dalam batin aku sangat kecewa,
tetapi aku masih beruntung mendapat info tentang nama dan beberapa
informasi yang ku anggap sangat berguna)
Hari-hari, berikutnya masih tetap terobsesi dengannya. 1 bulan berlalu
dengan kesulitan bertemu. Hanya dengan menahan rasa malu, aku beranikan
untuk menyampaikan salam ke dia, kepada semua orang yang aku rasa pernah
bertemu dengan dia. 2 bulan kemudian akhirnya aku bisa bertemu bertatap
muka dengan dia.
Saat dosen pembimbing melakukan observasi kegiatan mahasiswa, seluruh
kelompok berkumpul di Balai Desa untuk mendengarkan beberapa pengarahan.
Tampak dia datang agak awal. Melihat itu aku memberanikan diri untuk
mendekatinya. Iseng-iseng sambil menunggu kelompok lain.. aku sapa dan
aku kenalan dengannya. Dia tidak datang sendirian, ada dua orang lain
bersamanya. Namun dengan tekad baja.... aku temui saja. Dan saat itulah
pertama kali aku dengar suaranya yang merdu.... nan indah. Kami pun
dapat ngobrol bersama dengan hangat... dan panjang lebar... namun...
saat aku nyatakan bahwa aku yang sering-sering kirim salam kepadanya...
ia sepontan berubah sikap dan menghindariku.
Singkat kata, dia tidak mau bertemu aku lagi.... dengan alasan ia sudah
punya pacar dengan salah satu pengurus KKN juga. Namun setelah aku
tanyakan kepada temannya.... ia masih sendiri. Dalam hati andai ia
benar2 sudah punya pacar... aku akan berhenti di sini... namun jika
belum punya... akan aku kejar walau ke ujung dunia. Untung ada salah
seorang teman akrabnya aku kenal dengan baik dan mau membantu aku untuk
mendapatkan di dia. Sehingga bulan2 terakhir KKN, hidupku berisi ...
tentang bagaimana mendapatkan hatinya.
Berkat informasi temannya itu, aku jemput si dia dari kampus ke tempat
KKN (walau dengan sedikit memaksa agar si dia mau). Membelikan beberapa
bahan2 yang dia butuhkan (walau dia tidak minta), dan banyak hal.
Pokoknya apa yang dia inginkan... aku harus dapat penuhi. Itu terus aku
lakukan sampai bulan ke tiga mendekati akhir.
Karena kegiatan sebagai pengurus yang banyak di tambah acara berburu
cinta, membuat aku kelelahan, akhirnya aku benar-benar drop dan jatuh
sakit. Barangkali aku benar-benar tak berdaya di kamar adalah tanggal 20
Agustus, dimana lima hari lagi KKN usai. Mengingat hal itu, dalam
demamku aku sudah lelah dan putus asa. Semua telah aku lakukan ... namun
sampai kini pun si FA, tidak pernah berbicara banyak, hanya beberapa
kata : "Ya, Mungkin, Tidak" selain itu diam. Mungkin dia memang bukan
untukku dan perjuanganku telah sia-sia.
Pada kira-kira jam 9 malam, pintu kamarku di ketuk seseorang. Aku
bangkit dengan susah payah. Kulihat Bu Kampung tampak di luar pintu
kamar, dan berkata aku ada yang mencari.
Aku keluar kamar dalam kondisi berjaket tebal dan berkaos kaki, karena
badanku terasa panas dingin.
Aku cukup kaget, ternyata si FA dan seorang temannya (informanku)
datang, sambil membawa mie instan 2 bungkus masih dalam kondisi mentah.
Ia datang karena ada informasi dan desakan temannya itu.
Melihat dua bungkus itu, aku berinisiatif untuk membuatkan mereka mie
rebus. (Dalam hatiku, ini adalah pemberianku yang terakhir, dan aku
berjanji tidak akan bertemu lagi dengannya). Kemudian mie itu aku ambil
untuk aku bawa ke dapur. Namun mereka melarang aku melakukannya, karena
melihat aku sakit. Namun aku tetap ngotot dan mengatakan bahwa aku
baik-baik saja, dan aku persilahkan mereka menunggu di ruang tamu.
Dengan kondisi yang aku paksakan, aku pergi ke dapur, menyiapkan kompor
minyak dan air untuk merebus mie. Beberapa menit air mulai mendidih,
dengan pelan-pelan aku masukkan mie rebus itu ke panci air mendidih.
(Dalam hatiku aku merasakan sepertinya hatiku ini pedih dan tersayat2
sakit.... dan barangkali tuhan tahu bahwa aku tidak pantas bersamanya
... dan segala perjuanganku sampai aku sakit ini.. adalah sebuah hukuman
bahwa Tuhan tidak berkehendak... tetapi aku memaksanakan).
Dalam keheningan itu, tiba-tiba bagian belakang tubuhku terasa hangat,
dan dua buah tangan menjulur memeluk lenganku. Bau wangi parfum yang
selalu aku ingat2 di setiap tidurku tercium cukup dekat dan nyata, dan
kemudian tubuhku telah dipeluk rapat oleh seseorang.
Sebuah dagu telah menempel di bahu kananku, dan sebuah bisikan halus
terdengar di telinga, "Mas... mohon maaf atas perlakuanku padamu selama
ini, dan saat ini.... aku tidak kuasa lagi menolak cintamu mas, Cintamu
telah ku terima Mas".
Badanku terasa lemah lunglai, dan seketika terjatuh di lantai dan
kelelahan dan kebahagiaan.
Terima kasih telah membaca sampai akhair.
0 komentar:
Posting Komentar