Sabtu, 19 April 2014 - 0 komentar

KUMPULAN CERITA KU

Ku Terima Cintamu ---------------------

Mungkin kisah ini terlalu mengada-ada dan rasanya gak mungkin terjadi. Tetapi walau demikian kisah ini telah membuat hatiku mengingatkan dia kembali, pada saat kau melintasi daerah dimana aku pernah tinggal beberapa 3 bulan di sana belasan tahun yang lalu. Semoga yang saat ini dia sempat membaca tulisanku, dan teringat betapa susah-payahnya aku mendekatinya, serta sampai-sampai tekanan darahku drop demi dia. Namun tulisan ini bukan untuk membangkitkan kisah masa lalu, akan tetapi hanya sebagai secuil kisah dari lembar-lembar hidup. Harapanku semoga dia tetap rukun bersama keluarganya selamanya. (Dulu tinggal di Perumnas Jl. Sriwijaya No Jember dekat Universitas Moch. Seruji, gak tahu sekarang) 
Desa X Kecamatan Y Kabupaten Jember, sebuah tempat dimana 20 orang mahasiswa berkumpul untuk melakukan kegiatan KKN. Kelompok mahasiswa dari berbagai jurusan itu, diterima oleh Pak Kampung dengan ramah. Kami dipersilahkan menentukan tempat sendiri. Ada 7 tempat, termasuk rumah Pak Kampung sendiri, yang siap kami huni. Setelah semua mahasiswa memilih tempat tinggal sesuai dengan selera mereka masing-masing, malam harinya kami berkumpul di Balai Dusun, untuk menentukan program dan langkah-langkah kegiatan. Aku lihat dia, saat dia datang terlambat. Dengan wajah yang khawatir dan tergopoh, ia memasuki tempat rapat. Kerudung putih, Jas almamater biru dan logo kuning di sakunya, menunjukkan fakultas apa dia berasal. Matanya tajam dan hidungnya lancip, terlihat dia sangat cantik sekali malam itu. Bibir tipis dan digigit-gigit, menunjukkan ia sepertinya malu untuk datang terlambat. Sekilas kemudian ia berbaur dengan temannya dan tidak tau lagi... aku tidak bisa melihatnya. (Dalam batin... aku ingin mengetahui si cantik itu.... siapa namanya... dan kalau bisa ku tarik menjadi anggota seksi ku) Sebagai salah satu pengurus kelompok, aku pun dapat giliran untuk menentukan seksi-seksi dan program2 apa yang akan kita laksanakan untuk desa itu. ------ Desa yang sepi dan waktu itu belum ada PLN, hanya diterangi oleh Diesel yang setiap jam 12 malam sudah mati. Namun bagiku... tempat itu adalah tempat yang paling indah .. mana kala pagi menjelang dan aku dapat berjumpa dengan dia. Namun sayang sekali... sampai beberapa hari aku belum bisa bertemu lagi dengan dia. Aku sendiri terus mencari dia dari kelompok mana, rumah yang ia tinggali dan masuk bagian seksi mana. Ditambah lagi... sampai saat itu juga aku belum kenal dengan dia. Padahal seluruh anggota yang aku kenal ku tanya tentang informasinya... tapi si misterius ini tetap tidak diketahui keberadaannya. Pada suatu hari, aku berkoordinasi di kelompok lain di Desa sebelah... dengan menaiki sepeda motor Prima butut ku. Sebuah pemandangan yang sangat indah aku lihat.... yaitu si Misterius nan cantik itu terlihat menjemur pakaian pada sebuah rumah. Hatiku berdegub kencang ... ingin rasanya aku datang mendekatinya... namun tak kuasa aku lakukan. Aku hanya bisa tersenyum padanya... walau dia sama sekali tidak melihat kehadiranku. Malam harinya, bayangan2 itu begitu lekat dalam ingatanku, dan tak ingin aku lepaskan dari anganku.... bayangan yang membuat hatiku merasa tentram dan tergetar. (Dalam hasratku yang paling dalam.... aku ingin bertemu dengannya... menyapa dan berbicara sepuas-puasnya dengannya. Aku ingin dia tersenyum padaku dan menyapa ku ... dan... banyak hal... yang intinya aku ingin sekali dekat dengannya). Kegiatan yang cukup padat serta berbagi permasalahan yang timbul dalam menghadapi masyarakat, membuat aku tidak punya kesempatan luang untuk mewujudkan angan2 ku. Hingga ku jadwalkan Malam Minggu untuk menuju lokasi Desa, dimana tempat si misterius itu KKN. Dengan alasan aku mengambil materi di kos-kosan, akhirnya pengurus yang lain membebastugaskanku pada malam Minggu, dan tugasku dapat digantikan oleh orang lain. Sepeda motor butut itu meluncur bagai anak panah, menembus sawah tebu yang tebal dan jauh, demi si dia. Dengan harapan dan energi yang membara. Walau sebenarnya sampai di sana pun aku tidak tahu mau berbuat apa...:D Dalam waktu singkat, sepeda motor sudah berada di depan rumah si dia. Aku berhenti dan terdiam agak jauh. Hatiku berguncang hebat... leher, kepala, telinga, terasa panas dan kaku. Satu jam telah berlalu, namun tak seorang pun keluar dari tempat itu. Aku masih saja terdiam sambil menghabiskan rokokku. Dua jam kemudian... pemandangan masih sama. Aku ingin masuk ke sana... namun aku ragu dengan alasan apa... toh aku tidak kenal siapa2 di sana. Setelah tiga jam kemudian... aku sudah tidak tahan... aku berinisiatif untuk mendatangi POSKOnya, sekedar bertanya tentang informasi si misterius itu... dan atau barangkali aku bisa bertemu di sana. Posko yang terletak di sebuah balai Desa, terlihat sepi, hanya 3 orang duduk-duduk di meja tengah. Untung saja... salah satu orang darinya aku kenal.. walau tidak kenal2 betul. Namun itu adalah sebuah harapan untuk tidak kaku lagi berbaur dengan mereka. Setelah berbasa-basi, akhirnya aku bertanya pada temanku, siapa yang tinggal di rumah yang kumaksud. Dengan pandangan sedikit curiga, mereka menjelaskan tentang si Misterius itu, yang ternyata namanya adalah FA, dari Fakultas Pertanian Jurusan Teknik Pertanian. Namun sayangnya saat ini ia pulang ke rumah orang tuanya. (Dalam batin aku sangat kecewa, tetapi aku masih beruntung mendapat info tentang nama dan beberapa informasi yang ku anggap sangat berguna) Hari-hari, berikutnya masih tetap terobsesi dengannya. 1 bulan berlalu dengan kesulitan bertemu. Hanya dengan menahan rasa malu, aku beranikan untuk menyampaikan salam ke dia, kepada semua orang yang aku rasa pernah bertemu dengan dia. 2 bulan kemudian akhirnya aku bisa bertemu bertatap muka dengan dia. Saat dosen pembimbing melakukan observasi kegiatan mahasiswa, seluruh kelompok berkumpul di Balai Desa untuk mendengarkan beberapa pengarahan. Tampak dia datang agak awal. Melihat itu aku memberanikan diri untuk mendekatinya. Iseng-iseng sambil menunggu kelompok lain.. aku sapa dan aku kenalan dengannya. Dia tidak datang sendirian, ada dua orang lain bersamanya. Namun dengan tekad baja.... aku temui saja. Dan saat itulah pertama kali aku dengar suaranya yang merdu.... nan indah. Kami pun dapat ngobrol bersama dengan hangat... dan panjang lebar... namun... saat aku nyatakan bahwa aku yang sering-sering kirim salam kepadanya... ia sepontan berubah sikap dan menghindariku. Singkat kata, dia tidak mau bertemu aku lagi.... dengan alasan ia sudah punya pacar dengan salah satu pengurus KKN juga. Namun setelah aku tanyakan kepada temannya.... ia masih sendiri. Dalam hati andai ia benar2 sudah punya pacar... aku akan berhenti di sini... namun jika belum punya... akan aku kejar walau ke ujung dunia. Untung ada salah seorang teman akrabnya aku kenal dengan baik dan mau membantu aku untuk mendapatkan di dia. Sehingga bulan2 terakhir KKN, hidupku berisi ... tentang bagaimana mendapatkan hatinya. Berkat informasi temannya itu, aku jemput si dia dari kampus ke tempat KKN (walau dengan sedikit memaksa agar si dia mau). Membelikan beberapa bahan2 yang dia butuhkan (walau dia tidak minta), dan banyak hal. Pokoknya apa yang dia inginkan... aku harus dapat penuhi. Itu terus aku lakukan sampai bulan ke tiga mendekati akhir. Karena kegiatan sebagai pengurus yang banyak di tambah acara berburu cinta, membuat aku kelelahan, akhirnya aku benar-benar drop dan jatuh sakit. Barangkali aku benar-benar tak berdaya di kamar adalah tanggal 20 Agustus, dimana lima hari lagi KKN usai. Mengingat hal itu, dalam demamku aku sudah lelah dan putus asa. Semua telah aku lakukan ... namun sampai kini pun si FA, tidak pernah berbicara banyak, hanya beberapa kata : "Ya, Mungkin, Tidak" selain itu diam. Mungkin dia memang bukan untukku dan perjuanganku telah sia-sia. Pada kira-kira jam 9 malam, pintu kamarku di ketuk seseorang. Aku bangkit dengan susah payah. Kulihat Bu Kampung tampak di luar pintu kamar, dan berkata aku ada yang mencari. Aku keluar kamar dalam kondisi berjaket tebal dan berkaos kaki, karena badanku terasa panas dingin. Aku cukup kaget, ternyata si FA dan seorang temannya (informanku) datang, sambil membawa mie instan 2 bungkus masih dalam kondisi mentah. Ia datang karena ada informasi dan desakan temannya itu. Melihat dua bungkus itu, aku berinisiatif untuk membuatkan mereka mie rebus. (Dalam hatiku, ini adalah pemberianku yang terakhir, dan aku berjanji tidak akan bertemu lagi dengannya). Kemudian mie itu aku ambil untuk aku bawa ke dapur. Namun mereka melarang aku melakukannya, karena melihat aku sakit. Namun aku tetap ngotot dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja, dan aku persilahkan mereka menunggu di ruang tamu. Dengan kondisi yang aku paksakan, aku pergi ke dapur, menyiapkan kompor minyak dan air untuk merebus mie. Beberapa menit air mulai mendidih, dengan pelan-pelan aku masukkan mie rebus itu ke panci air mendidih. (Dalam hatiku aku merasakan sepertinya hatiku ini pedih dan tersayat2 sakit.... dan barangkali tuhan tahu bahwa aku tidak pantas bersamanya ... dan segala perjuanganku sampai aku sakit ini.. adalah sebuah hukuman bahwa Tuhan tidak berkehendak... tetapi aku memaksanakan). Dalam keheningan itu, tiba-tiba bagian belakang tubuhku terasa hangat, dan dua buah tangan menjulur memeluk lenganku. Bau wangi parfum yang selalu aku ingat2 di setiap tidurku tercium cukup dekat dan nyata, dan kemudian tubuhku telah dipeluk rapat oleh seseorang. Sebuah dagu telah menempel di bahu kananku, dan sebuah bisikan halus terdengar di telinga, "Mas... mohon maaf atas perlakuanku padamu selama ini, dan saat ini.... aku tidak kuasa lagi menolak cintamu mas, Cintamu telah ku terima Mas". Badanku terasa lemah lunglai, dan seketika terjatuh di lantai dan kelelahan dan kebahagiaan. Terima kasih telah membaca sampai akhair.